Kelak hujan akan turun di tanah kita
Jalan-jalan kenangan akan basah di kepala
Rumput-rumput masa lalu yang kau bunuh akan tumbuh
menguncup di ingatanmu
Kenangan begitu ranum, katamu
kau takjub seolah telah berwindu mendekam di kering kemarau
Kau menunggu terlalu lama
sungguh usia tak mau diajak berjabat
sedang kau ingin kepastian
kain kafan kau cuci amat hati-hati
untuk bekal kepergianmu
kau yakin maut sebentar lagi
bakal berbaring usai penat penantian
demikian mesra mencumbuinya
Kelak kau akan berduka
karena hujan hanya akan singgah
sebentar melembab di tepian daun
menyerbu kesadaranmu pada yang hilang, pada yang lamat di pikiran.
hujan adalah makhluk purba yang piatu, bantinmu
sementara kenanganku padamu jadah juga yatim di gigil musim
mereka lahir bersamaan dari rahim samar dan persetubuhan liar
di malam ketika petir menggertak
membungkam batangan rel di lajur perhentian, di mana dua bayangan kelam saling bertindihan
membunuh sepi seketika jeritan panjang membuyarkan pandangan jauh di jalan-jalan yang akan ditempuh masinis
menjelang subuh di koyak tubuh
Hujan, juga kenangan
sesunyi senyap di kedalaman kali rindumu
di persimpangan antara rindu dan dendam
kau memilih diam
seakan hatimu ingin menuturkan kalimat yang berat dan amat dalam
sebelum kehilangan kian pekat merecoki jarum jam yang mendetak di jantung kata
"Aku ingin pergi dari tanah ini," ucapmu lirih dan pedih. kau bisa mendengar debar menjalar di sekujur tubuh yang telah kuyup oleh hujan yang datang hanya sebentar
dan pamit untuk pergi selamanya.
Krapyak, 03 Oktober 2015. 18.40
Belum ada tanggapan untuk "INSTRUMENTALIA HUJAN "
Posting Komentar