Home · Cerpen · Puisi · Essai

Surat untuk calon imamku

Kutulis surat ini kala hujan menjumpaiku di ujung senja. 
Saat aku sematkan doa pada barisan hujan lalu rindu singgah dimataku merinduimu. 
Wahai kekasihku. 
Aku cinta padamu. Aku ingin menjadi satu dalam satu satunya yang ada dalam seluruh senyummu. 

Kutulis surat ini. 
Kala langit menangis dan dua ekor burung camar bercinta di dahan pohon halaman rumahku, bagai dua anak nakal jenaka dan manis mengibaskan ekor serta menggetarkan bulubulunya.
Wahai kekasih.
Aku ingin kau yang meminangku.

Kekasihku,
Kau tau Jalaluddin Rumi?
Seorang sufi dari persia pernah berkata padaku "Bas,Diamlah, Cinta adalah sebutir permata yang tak bisa kau lemparkan sembarangan seperti sebutir batu.
Bas,jangan simpan hatimu di sembarang tempat JANGAN.
Tapi hatiku aku kuserahkan padamu karena aku percaya engkau adalah rumah yang paling tepat untuk hatiku.

Kekasihku,
pada suratku yang tintanya telah luntur oleh hujan ada hatiku yang kian kering merindumu.

Kekasihku,
selusin malaikat telah turun dikala hujan dimuka jendela,mereka berkaca dan mencuci rambutnya untuk ke pesta.


Kekasihku,
dengan pakaian pengantin yang anggun, bunga-bunga serta sederet puisi aku ingin kau yang membimbingku ke altar untuk kau nikahi.
Aku ingin kau melamarku.

Kekasihku,
tentang cinta dan rindu tak ada yang bisa memastikannya karena kebenaran rindu itulah yang menyatakan bahwa kita sedang berada dalam rahasia cinta.
Kini,ketika aku memilih bersamamu, aku tak tahu apakah cinta dan rindu ini akan membuatku menyerah pada kelopak waktu yang gugur.

Kekasihku,
ku tulis surat ini kala hujan gerimis dan dipijakan bumi gadi manja dan manis menangis meminta di dongengkan sementara anak lelaki nakal bersenda gurau dalam hujan dan langit iri melihatnya.
Kekasihku,
aku ingin kau menjadi bapak dari anak-anakku.

Kekasihku,
kenanganku pada akhirnya menemukanmu,
semoga engkau selalu menjadi rumah untuk hatiku.
Dan aku adalah satusatunya yang ada dalam keseluruhan senyumku.
Matamu dan mataku saling mencium kerinduan ini.
Kenanganmu pada jiwaku tak akan padam dan tak akan terlupakan.


Bulukumba,9 Desember 2014

Artikel keren lainnya:

SURAT: Ziarah Rindu

Selamat pagi sayang,

Lagi-lagi ini masih tentangmu
Masih tentang rinduku yang senantiasa ingin menziarahi hatiku.

Dalam suratku kali ini, aku hanya ingin menyampaikan betapa kau telah memenjarakan hatiku,hingga akan tetap di sini diam menunggu kau datang membawa satu-satunya rindu yang kau punya hanya untukku.

Datanglah sayang,
Bawakan aku rindu dan cintamu, setelahnya rindu dan cintamu akan aku masukkan ke dalam pembendarahaan hatiku, dan kemudian kukiunci erat-erat,kunci itu akan aku lemparkan jauh-jauh sehingga seorangpun tak dapat mengambilnya lagi.

Kau harus tahu sayang,
Bahwa kata sapamu di setiap pagi adalah pelukan terhangat untuk hatiku, seperih apapun rindu jika itu teruntukmu akan selalu membahagiakanku.
Aku tak butuh kau petikkan aku bintang atau rembulan, aku hanya ingin kau jaga hatimu untukku,menyimpan satu-satunya rindumu untukku, hanya itu sayang.

Sayang, rindu yang kurasakan kini adalah rindu terindah yang kupunya, rindu yang aku rasakan kemudian tercurah dalam penantian yang tertunda oleh kau yang terpisah oleh jarak dan waktu.

Hei sayang,
Rindukah kau padaku?
Tanpamu keindahan dunia seperti hilang
Tanpamu, aku tersesat tanpa arah.

Sayang,
Kau yang selalu membuat sajak-sajakku selalu ada
Kau yang selalu menganyamkan kisah yang tak pernah habis menjadi bait-bait yang senantiasa mengalir.

Masih tentang rindu yang selalu kutuliskan dan menjadikan setiap waktu terlewatkan selalu tentangmu.

Sayang,
Rindu ini kadang seperti teh, yang selalu kita nikmati setiap paginya, memghangatkan pagi,datang kala dingin pagi menghampiri, dalam merinduimu hati tak mengenal ragu-ragu.

Sayang,
Kau selalu bertanya, mengapa terkadang aku lebih memilih tidur daripada harus berkumpul dengan kawanku?
Iya, karena bagiku tidur adalah satu saat aku bisa bersamamu, kemudian terbangun dengan rasa ingin mengulang-ulang mimpi.

Sayang,
Merinduimu itu nadi, mencintaimu adalah nyali jangan paksa aku hidup tanpa keduanya.

Terakhir sayang,
Dalam jejak-jejak rindu aku selalu menemuimu. Tapi, dari kejauhan pandanganmu tak pernak ada aku.
Semoga kau selalu baik-baik saja sayang.
                                                               

Kepada nama yang selalu melayari pikirku,
Bulukumba,9 April 2015



Artikel keren lainnya:

Back to top