Home · Cerpen · Puisi · Essai

RUMAH BACA PINISI NUSANTARA 1986




Rumah Baca Pinisi Nusantara 1986 Bulukumba lahir untuk masyarakat sebagai salah satu wadah yang bergerak dibidang pendidikan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kembali minat baca masyarakat tanpa membedakan status sosial, ekonomi, budaya, agama, adat istiadat, tingkat pendidikan dan lain sebagainya. Bagi masyarakat Indonesia, khususnya ekonomi menengah ke bawah, membeli buku adalah sesuatu yang berat. Tentunya selain buku pelajaran untuk sekolah anak-anaknya. Mungkin bagi sebagian dari mereka, membeli beras dan kebutuhan lainnya lebih penting. Tak dapat dipungkiri, memang.


Rumah Baca Pinisi Nusantara 1986 Bulukumba yang terletak di Jln Martadinata Pantai Merpati Areal Taman Cekkeng Nursery Bulukumba dibagun untuk umu dan semua masyarakat berhak menggunakan rumah baca ini.

Rumah baca ini, buka setiap hari dimulai pukul 10.00-18.00 WITA, buku-buku yang ada di rumah baca ini adalah buku milik Pribadi dari Pengelolah (Basmawati Haris) dan beberapa buku dari Donasi para sahabat yang peduli pada geraka literasi bulukumba.

                                         (membongkar sumbangan buku dari sahabat KUARK)

Rumah baca ini diresmikan Langsung oleh bapak Gubernur Sulawesi Selatan Yasin Limpo pada tanggal 4 Februari 2016, hingga saat ini rumah baca terus beroperasi guna berusaha u tuk meningkatkan minat baca masyarakat bulukumba. Di rumah baca ini seringkali diadakan kegiatan-kegiatan budaya dan literasi seperti kegiatan baca puisi, pementasan, workshop kepenulisan, diskusi para pemuda tentang seni dan budaya, serta beberapa event untuk para pengunjung.


Sebagai pengelolah tidak mudah untuk mengajak oramg mengunjungi rumah baca meski sekedar untuk membaca, ada banyak alas an orang-orang yag berkunjung ke taman jika diajak masuk menimati bacaan yang kami sediakan.
Minat baca yang kurang di bulukumba ini, membuat para pengelolah harus selalu memiliki ide dan inovasi untuk membuat masyarakat bisa terus berkunjung.

Rumah baca ini, didominasi oleh para pengunjung anak-anak usia TKA hingga SD. Pengunjung Remaja bahkan dewasa sangat sedikit biasanya dalam seminggu hanya 2 hingga 3 orang dari ribuan masyarakat remaja atau dewasa yang berkunjung ke rumah baca ini.

Oleh sebab itu, untuk terus membuat masyarakat tetap bekunjung penglolah biasanya melakukan kelas menonton, diskusi, membaca dongeng untuk para pengunjung.


Buku yang ada pun masih sangat kurang, sebab itu kami dari pengelolah terus berusaha untuk mendapatkan donasi dan terus berusaha melahirkan ide kreatif untuk bacaan dan ketertarikan masyarakat untuk berkunjung.


Bulukumba, 13 Oktober 2016


Taman Bacaan masyarakat atau TBM adalah salah satu wadah yang bergerak dibidang pendidikan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kembali minat baca masyarakat tanpa membedakan status sosial, ekonomi, budaya, agama, adat istiadat, tingkat pendidikan dan lain sebagainya. Bagi masyarakat Indonesia, khususnya ekonomi menengah ke bawah, membeli buku adalah sesuatu yang berat. Tentunya selain buku pelajaran untuk sekolah anak-anaknya. Mungkin bagi sebagian dari mereka, membeli beras dan kebutuhan lainnya lebih penting. Tak dapat dipungkiri, memang.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/nyaiendit/membangun-sebuah-taman-bacaan-masyarakat_5516fd07a33311f17aba7fc3
salah satu wadah yang bergerak dibidang pendidikan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kembali minat baca masyarakat tanpa membedakan status sosial, ekonomi, budaya, agama, adat istiadat, tingkat pendidikan dan lain sebagainya. Bagi masyarakat Indonesia, khususnya ekonomi menengah ke bawah, membeli buku adalah sesuatu yang berat. Tentunya selain buku pelajaran untuk sekolah anak-anaknya. Mungkin bagi sebagian dari mereka, membeli beras dan kebutuhan lainnya lebih penting. Tak dapat dipungkiri, memang.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/nyaiendit/membangun-sebuah-taman-bacaan-masyarakat_5516fd07a33311f17aba7fc3
salah satu wadah yang bergerak dibidang pendidikan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kembali minat baca masyarakat tanpa membedakan status sosial, ekonomi, budaya, agama, adat istiadat, tingkat pendidikan dan lain sebagainya. Bagi masyarakat Indonesia, khususnya ekonomi menengah ke bawah, membeli buku adalah sesuatu yang berat. Tentunya selain buku pelajaran untuk sekolah anak-anaknya. Mungkin bagi sebagian dari mereka, membeli beras dan kebutuhan lainnya lebih penting. Tak dapat dipungkiri, memang.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/nyaiendit/membangun-sebuah-taman-bacaan-masyarakat_5516fd07a33311f17aba7fc3

Artikel keren lainnya:

CINTA Di balik SENANDUNG KOPI KAHAYYA 2





CINTA Di Balik SENANDUNG KOPI KAHAYYA 2
Kahayya,08-09 Oktober 2016

Siang dan Rintik yang gelegar menemani perjalanan kami menuju daratan tertinggi kabupaten Bulukumba Desa KAHAYYA Kec Kindang akan menikmati senandung kopi dan puisi di sana.
Perjalanan di tengah hujan tak menyurutkan niat untuk membatalkan perjalanan justru semakin membuatnya “menggebu satu rasa satu perjalanan dalam kebersamaan” begitu kata kepala rombngan kami dalam perjalanan.
Perjalanan kurang lebih se jam kami lewati dengan menggunakan sepeda motor akhirnya kami tiba di kec kindang, singgah sejenak di desa Sapayya membereskan segala perlengkapan camp kami di sebuah rumah salah satu sahabat perjalanan kami sekaligus sejenak berteduh dari hujan yang semakin gila menjumpai kami di tengah perjalanan.

Sebelum memasuki desa kahayya perjalanan aman-aman saja bahkan kami anggap mulus karena jalan lumayan bagus tapi tetiba memasuki desa kahayya perjalanan kami mulai tak mulus, jalan berlobang, terjal  dan licin membuat kami harus berteriak ketakutan melewati tebing yang licin yang membuat motor kami bergantian jatuh dan didorong untuk melewati jalan yang luar biasa menakutkan. Di jalan sebelum memasuki jalan tebing’SETAN” (Saya menyebutnya begitu)” tetiba dari dalam mobil di hadapan kami turun bapak Drs Muhannis (Guru, Budayawan, Penulis senior Bulukumba) hadirnya bapak Drs Muhannis menambah semangat saya berjalan dalam jalan dan tebing yang licin. Karena tempat parkir mobil bapak Drs Muhannis dari tanjung Kahayya akhirnya kumintalah temanku untuk membonceng bapak bersama kawannya menuju tempat acara. Karena licin motor yang teman dan bapak muhannis tumpangi tetiba terpeleset membuat kami tercengang dan ketakutan mengenai keadaan bapak Muhannis. Tapi Alhamdulillah semua baik-baik saja. Karena kecapean dan harus istrahat setelah melewati tebing menangis, tikungan tajam jalan licin dengan jalan kaki sebelum melanjutkan perjalanan menuju tanjung kahyya meninkmati senandung kopi dan puisi kami singgah di salah satu rumah warga ( Keluarga ibu Nursiah) untuk sejenak meluruskan badan sebelum melanjutkan perjalanan.

Sepertinya perjalanan menuju tanjung sudah tak jauh karena beberapa warga terlihat menggantung id card panitia kegiatan yang menandakan tempat acara sudah dekat. Setelah istrahat sejenak kami menlanjutkan perjalanan dengan jalan kaki kembali. Sekitar kurang lebih 1 km perjalanan kami dari rumah warga tibalah kami pada tempat yang sepanjang perjalanan dikelilingi dengan pemandangan yang luar biasa, pegunungan yang indah, jurang yang terjal, panggung eksotik yang dihiasi dengan bahan natural alam, suara music yang mellow, desiran air dari sungai di bawah pegunungan, kabut yang dingin, dan tentunya aroma kopi yang nikmat akhirnya kami tiba di sini Tanjung Kahayya.

Tiba di tanjung kahayya seperti perjalananku yang meletihkan dan menegangkan ini terbayar dengan pemandangan yang luar biasa indah.
Setelah sejenak menikmati pemandangan tanjung kahayya yang indah, saya berserta kawan menyiapkan segala perlengkapan camp. Karena beberapa kawan menyusul dan sebagian dari mereka yang membawa peralatan camp. akhirnya kami memakai peralatan camp yang ada saja sembari menunggu kawan-kawan yang masih dalam perjalanan menuju Tanjung Kahayya.

Senja berlalu, kabut kahayya semakin tebal perlahan pegunungan sekitar tertutupi dengan kabut badan pun mulai gigil dengan dingin yang menghampiri. Perlengkapan camp telah selesai kami dirikan, aku menikmati kahayya sembari mendengarkan music di atas handmock yang telah selesai dipasang nikmat betul rasanya, tetiba gerimis yang tak diundang mengunjungi kami’, menyapa dengan hangat tanpa permisi. 
Kami menikmati betul petualangan kali ini di kahayya, di tengah gerimis alunan music mellow dan klasik terdengr dengan nikmat. Di tengah gerimis para petualang seperti kami tetap bertahan di tanjung kahayya menikmati music yang disajikan oleh Indonesia Movement Project, Ruang Baca, Rumah Baca , Kata Kerja, Al Fian Dipahattang,  Ibe S Palongai dan Arif Rahman sang Passinriq. penduduk kahayya dan para masyarakat yang tinggal di daerah kindang dan sekitarnya juga berbondong-bondong hadir dari anak-anak, remaja hingga dewasa. Kami berdiri menikmati puisi, music dan tari dengan nikmat sembari menikmati kopi kahayya dengan gula merah yang nikmat.

Music dan puisi penuh cinta terus berlaun di atas panggung, kopi kahayya kami nikmati sembari tak ingin melewatkan waktu yang nikmat bersama bapak Drs Muhannis untuk berdiskuisi seputar sejarah dan budaya dengan nikmat.
Masyarakat kahayya kec kindang yang tak biasa menikmati pementasan panggung seperti mala mini ikut terlenah dan menikmti, meskipun terkadang beberapa kelompok manusia sesekali berteriak, meneriaki pementas di atas panggung.

Malam semakin larut, music masih mengalun dan kini bukan lagi gerimis tapi hujan menjumpai kami. Rencana untuk bertendah sepertinya harus dibatalkan, hujan turun dengan derasnya, kawan-kawanku akhirnya memutuskan untuk kembali dan menginap di salah satu rumah warga (rumah ibu Nursiah). Tiba di rumah warga kami disambut dengan hangat segala perlengkapan tidur disiapkan oleh tuan rumah dengan hangat. Kami tak langsung tidur tetapi melanjutkan diskusi mendiskusikan perjalanan kami esok yang sepertinya akan semakin menegangkan akibat hujan yang deras.
Setelahnya, kami tidur dengan lelap.

Pagi-pagi sekali kami bangun, seorang kawan sedang sibuk membuat kopi dan the untuk diseduhkan kepada teman-teman. Saya bangun dan sudah tak menemui Drs Muhannis , kutanyakan pada temanku ternyata sangat subuh ia sudah bergegas untuk kembali ke rumahnya karena beberapa kegiatan yang harus ia kerjakan.

Setelah menikmati kopi dan sarapan kami bergegas meneju tanjung untuk mengadikan moment sebelum kembali meninggalkan kahayya. Setelah dari tanjung kami bergegas menuju SD Satap Kahayya untuk sejenak menyaksikan senyuman anak bangsa sedang menikmati minggu ceria bersama Ibu Siti Isniyah (Ibu Wakil Bupati Bulukumba) bersama rombongan. Nikmat sekali kelihatan senyuman mereka. Ada yang malu, ada yang sangat percaya diri, ada yang takut, ada yang berani menerima tantangan yang diberikan oleh ibu Siti Isniyah bersama rombongan. Belum selesai acara Minggu Ceria saya bersama kawan-kawan harus segera bergegas karena sepertinya hujan akan tiba.

Kami akhirnya kembali membawa kisah dan senyuman karena rindu akhirnya TUNTAS. 

#KAHAYYA #SENANDUNGKOPIKAHAYYA2 #SEKOLAHSASTRABULUKUMBA
#RUMAHBACAPINISINUSANTARA1986BULUKUMBA #KPAAPPASULAPA

Artikel keren lainnya:

Back to top