setiap kali melewati jembatan di pinggir kota itu
aku selalu mengenang saat-saat dulu kita masih bersama
menikmati nasi kuning dan secangkir teh panas
di pinggir sungai di bawah jembatan itu
tahukah engkau ?
di pinggir sungai itulah untuk pertama kalinya
aku terpesona pada matamu
mata yang senantiasa selalu mengukir kerinduan di dalam jiwaku
tahukah engkau ?
aku merindukan kita kembali bersama di pinggir sungai itu
saling terkesima
saling berpegangan tangan
saling menguatkan diri
saling tertawa renyah diantara kita
masih ingatkah engkau ?
saat senjakala semilir di pinggiran sungai
saat ku dengar ucap getar cinta dari bibirmu
saat ku tak bisa berkata apa-apa
hanya air mata yang tumpah
aku masih mengenang semuanya
di bawah jembatan itu ada cinta bersemi
di bawah jembatan itu ada seorang gadis terpikat pesona seorang pemuda
di bawah jembatan itu ada tumpahan air mata
tentang cinta dalam diam
ahhhh......
aku masih mengenangmu.
Barombong, 24 agustus 2014
Tulisan Lain yang Serupa:
Puisi yang baik adalah puisi yang punya ruh. Saya menemukan ada satu bait yang ketika saya baca, ruhnya terasa merambah di jiwa saya. Entah karena ada kesamaan dari segi pengalaman si penyair dengan saya ataukah memang kata-kata tersebut adalah penenang bagi hati yang tengah dilanda gemuruh? Yang jelas, dengan membaca puisi "Di Bawah Jembatan" ini, saya kemudian terkesima pada keahlian Basmawati Haris dalam memainkan kata-kata..
BalasHapusmasih ingatkah engkau?
saat senjakala semilir di pinggiran sungai
saat ku dengar ucap getar cinta dari bibirmu
saat ku tak bisa berkata apa-apa
hanya air mata yang tumpah
terima kasih
Hapus