Burung gereja kian renyah berkicau
demi menatap elegi cinta dua manusia
di sudut kota di awal agustus kala itu.
hai, apa kabar?
hujan begitu penuh rahasia katamu,
tapi ia menyimpan rahasia kita,
rahasia yang penuh cinta,
dalam senyap hatiku
MERINDUMU.
tahukah engkau
di tikungan jalan itulah untuk pertama kalinya di suatu siang,
aku terpesona pada senyum yang tersungging dari bibirmu.
tahukah engkau senyum lembut di bibirmu menghiasi puisi-puisiku,
bertahun-tahun
kemudian.
hingga setiap getar
penaku senantiasa ingin menuliskan tentang senyum lembut di bibirmu itu
Sekarang,
biarkanlah aku terus menuliskanmu,
tanpa memikirkan apa jadinya nanti
aku hanya ingin,
mencintaimu lebih jauh dan menuliskanmu
sebagai puisiku sebagai puisi KITA.
Sampai akhirnya, aku
menemukan dan menuliskan abjad yang hilang dalam setiap jejak penaku
ku tuliskan namamu.
Barombong,20 Agustus 2014
Tulisan Lain yang Serupa:
Belum ada tanggapan untuk "ELEGI CINTA"
Posting Komentar