Home · Cerpen · Puisi · Essai

PEREMPUAN DAN KEBANGKITAN NASIONAL DALAM BINGKAI PENDIDIKAN

Kebangkitan Nasional merupakan hari yang bersejarah bagi bangsa Indonesia karena hari Kebangkitan Nasional merupakan titik awal dari semangat persatuan bangsa. Awalnya bangsa Indonesia berjuang dengan kepentingan daerah dan golongan masing-masing, namun hari Kebangkitan Nasional inilah yang membuat perubahan tersebut.
Kebangkitan Nasional telah berlangsung selama 106 tahun. Pertanyaannya kemudian adalah kearifan apa yang dapat dipetik dari kebangkitan nasional di masa lalu itu untuk masa kini dan yang akan datang? Di dalam setiap peringatan mudah-mudahan tidak hanya sebuah ritual kosong tanpa arti. Dalam setiap peringatan tentunya mengandung nilai-nilai efektif dan edukatif yang dapat dijadikan teladan untuk generasi masa kini dan yang akan datang. 
Kebangkitan nasional dipelopori oleh para kaum pemuda.  kaum muda, itulah yang kemudian mendirikan organisasi modern pertama dengan nama Budi Utomo. Sebuah pertanyaan, siapakah pemuda itu? Apakah itu kaum muda yang berjenis kelamin laki-laki, karena ada pemuda yang merujuk pada kaum muda laki-laki dan pemudi yakni kaum muda yang merujuk pada jenis kelamin perempuan, begitu juga dengan putra dan putri. Menurut hemat saya, kata kaum muda atau generasi muda lebih netral sebab mencakup laki-laki dan perempuan. Menarik memang bahwa kesadaran nasional tidak hanya milik kaum muda laki-laki (pemuda). Wajah pergerakan nasional juga diwarnai dengan kiprah perempuan. Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah  perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi.
Peran wanita sangat penting dalam proses kebangkitan nasional. Salah satu tokoh wanita indo yang paling berjasa yaitu Ibu kita kartini perannya dalam kebangkitan nasional sangat penting dimana wanita kini memiliki kesetaraan derajat dan kedudukan serta hak yang sama dengan pria. Serta peran wanita Sebagai sosok pemberi dukungan di balik kesuksesan para tokoh terkenal seperti Ir soekarno dimana istrinya yang selalu memberi dukungan untuk mendukung kemerdekaan indonesia serta kita ketaui salah satu presiden wanita indonesia ibu mega wati beliau juga sangat besar jasa jasanya untuk membangun indonesia dengan damai dan penuh rasa persatuan dan kesatuan.
Sebelum Budi Utomo berdiri, telah lahir seorang pejuang perempuan, yaitu R.A. Kartini (1879-1904). Beliau adalah pelopor dan pendahulu perjuangan untuk pendidikan perempuan dan persamaan hak perempuan. Kartini berpendapat bahwa bila perempuan ingin maju dan mandiri, maka perempuan harus mendapat pendidikan. Kartini selama ini kita kenal sebagai seorang pejuang emansipasi perempuan, terutama di bidang pendidikan. Kartinilah yang membangun pola pikir kemajuan, dengan cara menggugah kesadaran orang-orang sejamannya, bahwa kaum perempuan harus bersekolah. Tidak hanya di Sekolah Rendah, melainkan harus dapat meneruskan ke sekolah yang lebih tinggi, sejajar dengan saudara-saudaranya yang laki-laki. Bagi Kartini, perempuan harus terpelajar sehingga dapat bekerja sendiri, mencari nafkah sendiri, mengembangkan seluruh kemampuan dirinya, dan tidak tergantung pada siapa pun, termasuk suaminya. Mengingat suasana pada waktu itu, ketika adat feodal masih sangat kental di sekeliling R.A. Kartini, maka dapat kita bayangkan, betapa maju dan progresifnya pikiran R.A. Kartini tersebut. Selain itu, meskipun dalam situasi pingitan, terisolasi, dan merasa sunyi,Kartini mampu membangun satu gagasan politik yang progresif pada jaman itu, baik untuk kepentingan kaum perempuan maupun bagi para kawula miskin di tanah jajahan. 
Keadaan perempuan masa kini, berkat inspirasi dari R.A. Kartini, telah banyak mendorong perempuan Indonesia untuk mencapai pendidikan tinggi. Perempuan telah mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk bersekolah. Hal ini dapat dilihat dari jumlah murid perempuan dan laki-laki seimbang pada tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Lanjutan Pertama (SLTP). Akan tetapi jumlah perempuan makin berkurang seiring dengan meningkatnya jenjang sekolah. Hal ini disebabkan oleh masih adanya diskriminasi dalam keluarga terhadap anak perempuan untuk bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini terkait pada masih kuatnya budaya patriarki, yang menganggap bahwa "setinggi-tinggi perempuan bersekolah, akhirnya akan masuk dapur juga." Dengan adanya diskriminasi terhadap anak perempuan untuk bersekolah, maka persentase anak perempuan yang mencapai pendidikan minimal 9 tahun jauh lebih rendah dari anak laki-laki; begitu juga jumlah buta huruf perempuan pada umur 15-45 tahun jumlahnya 2-3 kali lebih banyak dari laki-laki. Rendahnya pendidikan perempuan berakibat pada usaha untuk mencari nafkah dan pemeliharaan kesehatan individu dan keluarganya. Semua ini mengakibatkan rendahnya Kualitas Hidup Perempuan. Perempuan juga sudah mampu mencapai pendidikan tertinggi, seperti S1, S2, S3.
Tenaga pengajar perempuan bergelar guru besar juga telah semakin meningkat. Juga perempuan masa kini sudah mampu melaksanakan tugas-tugas yang sebelumnya dianggap sebagai tugas laki-laki seperti pilot, sopir bus, satpam, insinyur,tukang becak dan lain-lain.

Meskipun demikian, ternyata masih banyak hambatan bagi perempuan untuk mencapai kedudukan atau peningkatan prestasi seperti yang diharapkan, apalagi untuk kedudukan pimpinan atau pengambil keputusan lainnya. Untuk mencapai kedudukan yang setara dengan kedudukan laki-laki, seperti kedudukan pimpinan, dan pengambil keputusan,perempuan dituntut untuk mempunyai kelebihan prestasi yang lebih menonjol, serta harus melalui perjuangan yang
sangat berat, padahal tuntutan semacam ini bagi laki-laki pun tidak dirasa perlu. Perjuangan perempuan yang berat  untuk mencapai suatu kedudukan, disebabkan karena masih banyak masyarakat Indonesia yang masih menganut paham patriarki, sehingga menghasilkan keputusan dan sikap yang bias gender. Keadaan ini menjadi lebih parah dengan adanya penafsiran yang salah dari hukum agama yang mempertajam keadaan bias gender. 
Perempuan Indonesia harus menjadi manusia Indonesia yang bermartabat dan maju, tidak kalah dengan bangsa-bangsa lain, juga harus mampu berperan aktif dalam pergaulan nasional maupun internasional. Diperlukan motivator untuk mendorong kaum perempuan untuk lebih berprestasi. 
Salah satu upaya yang ingin dicapai adalah meningkatkan kualitas hidup perempuan serta perlindungan perempuan dan anak dari segala bentuk kekerasan. Secara nyata dan kita sadari bersama bahwa seiring dengan perkembangan globalisasi, maka reformasi dan kehidupan yang demokratis dalam melaksanakan pemberdayaan perempuan di masa-masa mendatang akan menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Secara obyektif, hingga saat ini kendala dan tantangan di lapangan nampak semakin jelas dan menunjukkan betapa kesenjangan peran antara laki-laki dan perempuan nampak begitu kentara. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya kebijakan-kebijakan publik yang masih sering mengabaikan perempuan sebagai titik perhatiannya, yang disebabkan oleh konsep gender yang belum banyak dipahami oleh berbagai pihak.

Dari untaian kata yang mengagumkan dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya Nusantara yang luas khususnya Bulukumba para perempuan yang tersebar akan lahir para perempuan pejuang dan pemimpin yang lahir dari situasi tak aman menjadi para perempuan yang kuat dan tangguh.

Artikel keren lainnya:

Belum ada tanggapan untuk "PEREMPUAN DAN KEBANGKITAN NASIONAL DALAM BINGKAI PENDIDIKAN"

Posting Komentar

Back to top