Perahu Pustaka Pattingalloang adalah Perahu berjenis Ba’go perahu tradisional yang sudah punah yang kemudian di sulap oleh seseorang bernama Muhammad Ridwan Alimuddin menjadi perpustakaan. Perahu Pustaka Pattingalloang ini adalah perahu khusus yang dibuat untuk membawa buku buku ke daerah terpencil di Indonesia khususnya di daerah terpencil di Daerah Sulawesi Barat.
Kenapa Harus Pattingalloang nama Perahu itu?
Pattingalloang berasal dari nama belakang Karaeng Pattingalloang seorang Diplomat dari makassar abad ke 17 yang sangat di segani pada masanya. Sejarah menuliskan bahwa Karaeng Pattingalloang ini adalah seseorang yang ingin banyak mengetahui ilmu pengetahuan, ini dibuktikan ketika beliau diketahui menguasai banyak bahasa di dunia. Dari semangat keingintahuan itulah sehingga perahu pustaka itu dinamakan Perahu Pustaka Pattingalloang.
Ketika biasanya buku sangat anti dengan air, ini tidak menyurutkan semangat Muhammad Ridwan Alimuddin yang akrab disapa”Iwan” untuk membuat perahu pustaka yang akan mengelilingi indonesia dalam Laut Indonesia untuk menyebar virus literasi untuk anak anak indonesia.
Perahu Pustaka Pattingalloang telah melakukan banyak pelayaran khususnya di daerah terpencil di Sulawesi Barat kemudian melintasi perairan sulawesi menuju makassar.
Tepat di tanggal 23 April 2016 Perahu Pustaka Pattingalloang merencanakan Perjalanan dari Mandar-Makassar-Bulukumba-Pulau Kabaena, Sulawesi Tenggara., Perahu Pustaka Pattingalloang melakukan pelayaran dari pantai Pambusuang, Polman. Sulawesi Barat yang berduet dengan Sandeq milik Turis seorang Peneliti Maritim berasal dari Jerman yang bernama Horst menuju Makassar yang kemudian dikabarkan Sandeq milik Horst mengalami kebocoran yang membuat perahu sandeqnya harus dilabuhkan di pesisir pantai di kab. Gowa dam kemudian Perahu Pustaka Pattingalloang melanjutkan perjalanan menuju Makassar. Di makassar tepatnya di Pantai Losari Perahu Pustaka Pattingalloang berlabuh yang kemudian dikunjungi beberapa orang yang ingin melihat secara langsung Perahu Pustaka Pattingalloang, beberapa orang diantara yang berkunjung juga mendonasikan buku untuk perahu Pustaka. Dua hari Perahu Pustaka Pattingalloang dan beberapa awaknya berlabuh di makassar mereka didatangi pengunjung yang luar biasa.
Dua hari di Pantai Makassar Perahu Pustaka Pattingalloang kemudian melanjutkan perjalanan menuju Bulukumba, Perjalanan menuju Bulukumba di jemput dengan ombak yang lumayan besar di daerah Galesong dan kemudian di perairan jeneponto, perjalanan juga diperlambat dengan ada banyaknya kawasan Rumput Luat di sepanjang Pantai menuju Bulukumba.
Ketika memasuki pantai Bulukumba, Perahu Pustaka Pattingalloang yang didalamnya terdapat sang Volunter Perahu Muhammad Ridwan Alimuddin, Horst Peneliti Maritim dan 3 Orang awak perahu yang setia membawa perahu pustaka mengelilingi pulau di Sulawesi. Mereka dijemput dengan speadboat yang di Pimpin oleh pengelolah Rumah Baca Pinisi Nusantara 1986 Basmawati Haris yang memandu perjalanan Perahu Pustaka Pattingalloang untuk berlabuh di belakang Rumah Baca Pinisi Nusantara 1986 Bulukumba.
Setelah berlabuh Perahu Pustaka di sambut dengan gembira oleh Nelayan setempat kemudian keluarga besar Sekolah Sastra Bulukumba.
Senja di ufuk menyambut kedatangan Perahu Pustaka di Bulukumba. Angin dan ombak begitu menikmati kedatangan perahu Pustaka. Tiba di Pantai Bulukumba di sambit para saudaranya di rumah baca Pinisi Nusantara 1986, ini adalah mimpi yag kesampaian bagi para pengelolah Rumah Baca Pinisi Nusantara 1986.
Para awak sibuk melabuhkan pesawat di pantai, mereka memasang tali pengikat dan penjangkal yang kuat agar perahu tetap tenang dan baik baik saja selama di tempat perlabuhan.
Senja beranjak, Volunter Perahu Pustaka menikmati Diskusi bersama teman-teman di Bulukumba di Halaman Rumah Baca Pinisi Nusantara 1986.
Malam yang larut para awak Perahu Pustaka menikmati makan malam ikan bakar dan Kanre Santang di Halaman Rumah Baca Pinisi Nusantara 1986. Malam yang nikmat. Mereka kemudian mengisi bahan Logistik Perahu untuk persiapan pelayaran beberapa hari ke depan menuju Pulau Kabaena.
Malam semakin larut Volunter Perahu Pustaka Ridwan Alimuddin kembali ke Perahu mengistrahatkan diri.
Esok harinya, ketika fajar mulai menynsing, Perahu Pustaka bersiap untuk memulai pelayaran kembali menuju pelabuhan Bira dan kemudian berlanjut ke Pulau Kabaena.
Dua perempuan ikut dalam pelayaran menuju pantai Bira, Sunarti Sain Direktur Harian Radar Selatan dan Basmawati Haris ketua Pengelolah Rumaha Baca Pinisi Nusantara 1986. Ini pengalaman pertama bagi kedua perempuan tersebut untuk berlayar, di sepanjang pelayaran mereka menikmati pelayaran, berbincang bersama para awak perahu dan sesekali mengabadikan moment dengan bergantian untuk saling memetret gambar.
Selama perjalanan menuju Bira perahu Berlayar dengan Tenang ombak tak keras, ombak sedang “Malino” para awak mneyebutnya begitu, di dalam perjalanan pesisir pantai Bulukumba terlihat dengan jelas. Kurang Lebih 4 jam perjalanan menuju pelabuhan Bira mereka tiba dengan selamat di sekitaran Pesisir Pantai Panrangluhu area Pelabuhan Bira.
Tiba di pesisir pantai Panrangluhu, Perahu Pustaka disambut baik oleh para masyarakat sekitar pantai, mereka telah mengetahui berita akan kedatangan perahu Pustaka melalui Horst Turis dari Jerman peneliti Maritim Dunia yang ikut dalam Perahu Pustaka. Horst telah dikenal baik oleh masyarakat di sekitaran pantai, katanya Horst telah berkeliling pantai di sekitaran bira dan membuat perahu beberapa tahun yang lalu di Bulukumba.
Perahu Pustaka disambut oleh banyak masyarakat sehingga buku dalam perahu diangkut dan kemudian digelar dibawah kolong rumah warga yang kemudian disambut dengan gembira oleh para anak-anak, mereka berebutan untuk saling membaca. Melihat antusias pembaca yang semakin banyak sehingga gelaran buku dipindahkan ke halaman rumah warga untuk membuat anak anak bebeas membaca.
Buku digelar, anak anak, ibu-ibu dan bapak-bapak berdatangan untuk membaca, ada yang membaca komik, sejarah laut, segala tentang hewan cerita para nabi dll.
Beberapa anak diantaranya meminta untuk didongengkan dan dibacakan cerita bagi mereka yang belum tahu membaca.
Ada banyak karakteristik anak –anak dan semua yang datang membaca, mereka membuat semangat para menebar literasi semakin menggebuh untuk untuk terus menebarkan virus litersi.
Sore menuju senja para awak membersihkan diri dan mengistrahatkan diri sambil berbincang dengan warga, beberapa diantaranya menyiapkan kebutuhan untuk persiapan perjalanan selanjutnya menuju Pulau Kabaena.
Teruslah melayarkan buku-buku untuk anak bangsa, engkaulah nabi-nabi kecil itu.
Bulukumba, 28 April 2016
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "BUKU-BUKU YANG BERLAYAR, PERAHU PUSTAKA PATTINGALLOANG"
Posting Komentar