Pada
1 juni 71 tahun silam, pancasila lahir. Sebagai dasar Negara, sejak hari
pertama kemerdekaan republik indonesia (RI) 17 agustus 1945, pancasila berhasil
mengikat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang bersatu di dalam perbedaan. Meski
bangsa ini terdiri atas ratusan kelompok etnis serta berbagai macam agama
(muslim, kristiani, hindu, Buddha, konghuchu, dan kepercayaan lainnya), berkat
nilai-nilai luhur pancasila itulah masyarakat Indonesia tetap hidup
berdampingan dalam kebebasan dan persaudaraan.
Namun
hari-hari ini, harus kita akui, nilai-nilai luhur pancasila mulai sepi
dari pembicaraan publik. Nilai-nilai pancasila bahkan mulai tergerus dan
semakin di lupakan orang. Lihat saja, prilaku dan perbuatan yang secara kasat
mata di perhatikan para elite politik dan pejabat publik, yang tak sungkan-sungkan
berkumbang dalam praktik korupsi. Mereka menilap uang rakyat, seolah tak ada
lagi rasa takut terhadap ajaran tuhan (agama) dan tak punya lagi sensitivitas
terhadap prinsip keadilan pada sesama.
Yang
lebih memperhatinkan lagi kita lihat bagaimana para pemuda pemudi sekarang ini,
pernah suatu ketika saya tawarkan
pertanyaan dimana letak teluk tomini, laut sawu, ende, larantuka rote mereka
tiba-tiba tak tahu harus jawab apa, entah
ini malapetaka atau mereka betul “Buta” Bumi Indonesia. Tapi ketika ditanya
dimana tempat tinggal mereka, ada yang menjawab kolaka, Makassar, pare-pare,
Bulukumba, minahasa, barebbo(bone), lemoape(Bone), Toraja, Kendari. Mereka
semua Indonesia umumnya dan Sulawesi khususnya. Ketika diperintahkan untuk
menyebutkan 34 nama provinsi di Indonesia mereka harus berhenti di nomor ke
30 dan tak tahu harus
melanjutkannya, Mereka tidak bisa menyebutkan 20 sukubangsa di Indonesia (dari 520
sukubangsa yang kita miliki) dalam waktu singkat. Kesimpulan saya, mereka tidak
merasa sempit atau sesak nafas hidup di Indonesia hanya berwawasan cekak
Jabotabek atau hanya berwawasan Bone seputarnya saja, tanpa tahu the land beyond, ibarat miopi dan berkacamata sempit cukuplah hidup
ini. Ibaratnya, tidak perlu mengenal Indonesia berikut isi dan penghuninya,
yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai Rote.
Seolah-olah mereka tidak merasa risih tanpa tahu poin t zero keberadaan mereka.
Bagaimana mungkin pemuda-pemuda kita bias
melaksanakan tugas bela negara apabila mereka tidak tahu negerinya sendiri,
tidak tahu di mana letak negeri dan teritori yang dibelanya. Lebih parah lagi
tidak semua peta Indonesia menggambarkan teritori Indonesia secara utuh. Dari
14 peta atau atlas Indonesia yang saya miliki hanya 2 peta yang memuat Pulau
Miangas sebagai pulau terdepan paling utara dari wilayah Indonesia, itupun
salah satu dari 2 peta ini salah cetak menulis Pulau Miangsa yang seharusnya
Pulau Miangas. Bagaimana mungkin pemuda-pemuda kita bisa menjaga kedaulatan (sovereignty) bangsa dan negara ini bila mereka tidak mengetahui
segenap teritori berikut kekayaan dan potensi negerinya. Pertanyaan ini juga
berlaku terutama bagi para penguasa dan pejabat negara. Oleh sebab itu, dari
permasalahan yang ada ini kita membutuhkan PANCASILA.
Kenapa kita membutuhkan Pancasila?
Pancasila
adalah komitmen final bangsa Indonesia. Tanpa pancasila Indonesia tidak ada
atau tidak akan eksis. Pancasila adalah ideologi yang tidak ada bandingannya
untuk bangsa Indonesia karena pancasila adalah alat pemersatu bagi seluruh
komponen yang berbeda-beda, sehingga setiap upaya untuk menggantinya selalu
akan berhadapan dengan seluruh kekuatan bangsa Indonesia secara menyeluruh. Pancasila
adalah simbol ke-bhinneka-an Indonesia berbeda namun tetap satu jua.
Mpu Tantular menyampaikan tuah agungnya: “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Darma
Mangrwa”, yang beraneka itu adalah satu, tidak ada kewajiban yang mendua (hanya demi bangsa dan negara yang satu). Inilah Indonesia, sangat beranekaragam, pluralistic dan multikulturalistik, namun satu, ikatan kesatuannya adalah Pancasila.
Pancasila di samping merupakan nilai budaya,
identitas bangsa, filsafat Negara dan ideologi nasional, Pancasila merupakan platform
nasion yang dengan penuh toleransi diterima semua agama sebagai onsensus
nasional. Pancasila adalah “paham persatuan” untuk mempertahankan persatuan
nasional. Tanpa platform nasional bangsa ini akan mudah
terombang-ambing tanpa pegangan, tanpa pedoman arah untuk mempertahankan
kemerdekaan yang telah kita miliki sejak Proklamasi Kemerdekaan 1945.
Pancasila
sebagai Ideologi yang universal pada bangsa indonesia. Karena Nilai-nilai
pancasila itu merupakan penggabungan nilai-nilai budaya yang ada di seluruh
nusantara yang dirumuskan menjadi 5 sila dalam Pancasila. Founding fathers kita
Soekarno pernah mengatakan dalam pidatonya bahwa :
“Ketika
5 sila dalam pancasila disusutkan menjadi 3 sila dan disusutkan menjadi satu
sila dapat diambil satu benang lurus dari nilai pancasila yaitu Nasionalisme
dan Gotong Royong”.
menurut
pak Soekarno setelah dia mengelilingi berbagai wilayah di Indonesia dengan
beragam suku dan budaya. Dia melihat ternyata orang-orang indonesia dari sabang
sampai marauke mempunyai tradisi untuk saling membantu satu sama lain.
Dulu
ketika indonesia sebelum kemerdekaan, Semangat persatuan dan nasionalisme
bangsa kita berada pada puncaknya, karena pada saat itu bangsa kita punya
tujuan yang sama yaitu kemerdekaan dan bangsa indonesiaa saat itu menyadari
bahwa kemerdekaan adalah sesuatu yang sangat urgent dan sangat dibutuhkan oleh
bangsa kita saat itu. Lantas pertanyaannya sekarang apakah tujuan bangsa
indonesia setelah kemerdekaan ? Ketidakjelasan tujuan bangsa kita dan kurang
kesadaran tentang tujuan bangsa kita oleh masyarakat indonesia sekarang.
Membuat bangsa kita tidak mempunyai tujuan yang sama sehingga yang muncul
adalah tujuan-tujuan pribadi. Hal inilah yang membuat kita saat ini terpecah
belah, adanya konflik suku dan ras, konflik antar umat beragama, korupsi
dimana-dimana, dan kejadian di Busway yang saya ceritakan diatas. Akhirnya
tradisi gotong royong yang merupakan nilai universal bangsa kita mengalami
pemerosotan. Pemerosotan nilai ini juga disebabkan oleh banyaknya budaya-budaya
asing yang masuk dan mempengaruhi bangsa kita, inilah yang kita sebut
"Akibat pergaulan bebas" eh salah maksudnya "Globalisasi"
Lalu apakah itu Nasionalisme atau apakah itu
Globalisasi?
Nasionalisme tidak akan usang betapapun kita
menghadapi globalisasi. Kelompok-kelompok cendikiawan yang sok ke-Barat-
Barat-an yang sekaligus gampang kagum dan tunduk terhadap globalisasi,
cenderung mencemooh semangat nasionalisme. Cemooh mereka ini tak lain adalah
persembunyian untuk menutupi
ketertundukan mereka terhadap skenario globalisme
tentang dunia tanpa-batas (borderless-world), berakhirnya negara-bangsa (the
end of nation-states) dan berakhirnya sejarah perang ideologi (the
end of history) yang berhasil mencuci otak kita.
Apakah
itu globalisasi ? Globalisasi adalah Proses mempengaruhi dan dipengaruhinya
seseorang dari belahan dunia yang satu ke belahan dunia yang lain. Hal ini
disebabkan oleh berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi sehingga
proses pertukaran informasi dan proses komunikasi antar negara itu menjadi
lebih mudah dan bebas. Memang kalau kita lihat globalisasi mendatangkan efek
yang positif, namun disisi lain globalisasi juga mendatangkan efek
negatif , namun hal itu tergantung pada subjek globalisasi itu sendiri. Apabila
subjek ini tidak mempunyai kemampuan untuk menyaring sesuatu yang benar-benar
baik dan buruk. Maka akan menyebabkan krisis identitas dan budaya.Nah !, hal
inilah yang terjadi pada masyarakat kita di tengah pusaran globalisasi. Akibat
bebasnya informasi dan komunikasi yang masuk ke indonesia dan juga orang-orang
kita yang tidak bisa menyaring dengan benar informasi tersebut maka identitas
negara kita yaitu Bahasa indonesia, dan nilai-nilai pancasila mengalami degradasi
beberapa tahun belakangan ini.
Banyak di antara kita, bukan hanya mahasiswa saja,
yang tidak menyadari bahwa kita hidup dalam pluralisme dan multikulturalisme , apalagi
dalam konteks dinamika sosial-kulturalnya.
Kelengkapan dari tuah Mpu Tantular
adalah bahwa di dalam kebhinneka tunggalikaan adalah dilanjutkan
dengan kelengkapan menegaskan “Tan Hana Darma Mangrwa” yang artinya
tidak ada kewajiban yang mendua
(hanya demi bangsa dan negara yang sahi)’inilah loyalitas tunggal kepada bangsa
dan Negara.
Bila para pemuda-pemudi kita tidak mampu
berwawasanNusantara, tidak tahu tanah airnya sendiri, tidak tahu Sabang-Merauke
dan Miangas-Rote serta keanekaragaman di dalamnya, ini merupakan cacat
embrional bagi nasionalisme Indonesia.
Apa itu nasionalisme? Nasionalisme adalah cinta
kepada tanah-air, nasionalisme adalah semangat pemujaan dan kesetiaan kepada
tanah-air nusa dan bangsa. Nasionalisme adalah patriotisme. Nasionalisme adalah
doktrin ideologis untuk mengutamakan kepentingan nasional. Nasionalisme adalah
suatu gerakan untuk
meraih atau mempertahankan kemerdekaan, independency
dan kemandirian. Nasionalisme adalah kesadaran kebangsaan, harga-diri, dan
identitas diri sebagai suatu bangsa.
Nasionalisme bukanlah eksklusivisme chauvinistik
yang mengabaikan interdependensi global. Nasionalisme mengutamakan kepentingan
nasional tanpa mengabaikan tanggungjawab global.
Nasionalisme dapat mengambil bentuknya untuk
mencintai produk-produk buatan bangsa sendiri termasuk mengkonsumsi dan memajukan
aneka ragam kuliner khas bangsa sendiri, tidak ketinggalan pula memakai dan
memajukan kebhinnekaan busanabusana nasional, seni budaya nasional, beragam
adat istiadat nasional serta nilai-nilai adiluhung segenap bangsa kita. Memperkukuh semangat nasionalisme berarti
mentransformasi segala keanekaragaman kekayaan budaya nasional ini menjadi
kebanggaan dan identitas nasional yang dipangku dalam suatu kebersamaan
nasional.
Kita haras menyadari Kemerdekaan Indonesia dapat
kita rebut kembali karena bangkitnya “kesadaran nasional” dan tekad kuat
untukmenolak subordinasi dan penjajahan, artinya tekad kuat untuk merdeka. . ,
Tekad untuk merdeka dipelopori oleh kaum elit yang
Kemudian kita kenal sebagai “para pendiri bangsa” atau “the founaing fathers”. Mereka ini adalah elit yang telah tercerahkan oleh
nilai-nilai kemuliaan baru mengenai kemanusiaan, persamaan dan
kesetaraan,kedaulatan, kemandirian, kesadaran-diri dan harga-diri,
kebangsaandan kerakyatan.
Setelah bangsa Indonesia berhasil menjadi- bangsa
yang merdeka, tugas kultural utama bangsa ini adalah “mencerdaskan kehidupan
bangsa”. Kecerdasan kehidupan bangsa adalah konsepsi budaya, bukan konsepsi
biologis-genetika. Mencerdaskan kehidupan,menurut Meutia Hatta, lebih jauh dari
sekedar mencerdaskan otak bangsa. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah
mensosialisasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai pencerahan seperti
dikemukakan di atas agar kita menjadi bangsa yang tangguh dan beijaya, mampu
mendisain dan mengukir sendiri masa depannya, untuk tidak lagi penuh dengan
keminderan dan kemalasan,bahkan dalam dimensi kontemporer, mampu proaktif ikut
mendisain
wujud globalisasi.
Lalu Apa Jawaban Dari Masalah-Masalah Ini?
JAWABANNYA ADALAH REVITALISASI PANCASILA
Belum ada tanggapan untuk "REVITALISASI PANCASILA"
Posting Komentar