Cerita Pertama
#Catatanperjalananperempuan
#Catatanperempuandipinrang
Pagi yang ceria bersama kawan yang ceria di Rumah Ceria kab.
Pinrang. Yah pagi ini saya di sini bersama kawan-kawan yang penuh cinta itu
bertemu mereka yang punya banyak cinta di hati dan jiwanya untuk menyelesaikan
misi menebar ceria pada anak-anak di
sebuah kampung di atas gunung bernama Dusun Batu Sura di sana kami akan BERBAGI
CERIA UNTUK MASA DEPAN GEMILANG.
Dari Rumah Ceria kami bergegas menuju Rumah Kreatif
bertemu dan berkumpul penuh cinta dan ceria, berkenalan lalu saling tertawa,
lalu kemudian saling mengejek lalu pada akhirnya saling membahagiakan, di Rumah
Kreatif ini kami berkumpul lalu saling bahu membahu menyiapkan banyak hal untuk
persiapan selama kegiatan beberapa hari di sebuah kampung yang belum pernah
saya kunjungi sebelumnya.
Perlengkapan yang disiapkan diantaranya alat kesehatan
untuk pemeriksaan kesehatan untuk masyarakat Batu Sura, Alat Pertukangan untuk
membangun Rumah Ceria dan merenovasi masjid, Donasi kebutuhan masyarakat, alat
dan bahan makanan, serta buku bacaan untuk anak-anak di Dusun Batu Sura.
Setelah semua barang telah rapi dan dinaikkan dalam mobil
kami bergegas menuju dermaga dan tentunya tak lupa mengabsen siapa saja relawan
yang ikut, pengaran dari Panitia pelaksana Kegiatan dan Berdoa semoga kegiatan
dan niat baik yang akan kita lakukan diberikan kelancaran dan keberkahan oleh
Tuhan Yang Maha Esa.
Bergerak menuju dermaga, kurang lebih 2 jam perjalanan
mengendarai mobil kami tiba di sebuah Dermaga dan di sambut dengan pemandangan
alam yang sejuk pengunungan yang hijau dan sungai yang panjang.
Deretan perahu dengan nahkoda yang ramah telah menunggu
kami, 12 perahu (Semoga tak salah ingatan) bersiap mengantar kami menuju lokasi
kegiatan.
Kami akhirnya mulai mengangkat barang satu persatu ke
dalam perahu, satu persatu di antara kami mulai naik perahu mengambil posisi
tenang, dan akhirnya perahu mulai bergerak, sebenarnya ada ketakutan di awal
perahu bergerak karena masih mengatur keseimbangan. Dan ternyata setelah perahu
bergerak perjalanan begitu nikmat, tak seperti dalam bayangan yang perahunya
akan goyang, ternyata perahu bergerak dengan tenang, saya pun merasa aman.
Perjalanan naik perahu di mulai, menaiki perahu kayu
mengarungi Sungai Saddang, Sungai terpanjang di Sulawesi Selatan yang
dikelilingi pemandangan alam yang sejuk, melawan arus sungai yang deras dan
menyaksikan jembatan gantung yang telah reok tapi masih di gunakan oleh warga
untuk akses jalan menuju kampung sebelah.
Kurang lebih 30 menit naik perahu kayu mengarungi sungai
saddang, tiba di dermaga silei di sambut senyum manis masyarakat sebagai
penyemangat kami yang akan melakukan perjalanan panjang dengan berjalan kaki.
Jalan setapak mendaki gunung, rumah-rumah warga dipinggir
jurang yang begitu menakutkan, pohon kopi yang buahnya masih hijau, pohon
langsat yang sepanjang perjalanan menggoda iman untuk mengambilnya.
Sangat jauh perjalanan dengan jalan kaki ini, seperti
kembali ke masa kuliah ketika ikut mendaki bersama kawan-kawan pecinta alam,
mendaki gunung yang telah lama kutinggal dan hari ini aku melakukannya lagi,
seperti ingin menyerah di perjalanan karena medan jalan yang sangat mendaki,
berat badan yang sudah agak berat berjalan ini mempengaruhiku untuk berhenti di
jalan. Tapi engkau tahu? Semangatku bertemu anak-anak manis Batu Sura yang
menghilangkan lelah itu, berjalan terus melewati tebing, jurang dan
hutan-hutan.
Sesekali motor warga melewati kami membawa barang-barang
bawaan kami untuk menghidupi kami beberapa hari di Batu Sura nantinya. Motor
warga yang harus penuh perjuangan untuk membuat motornya tetap berdiri tegak
dan berjalan untuk melewati jalanan yang sempit dan licin, sekali ban motor
slip bisa jadi pengendara dan motornya tiba di bawah jurang. Harus berhati-hati
untuk melewati jalur jalanan ini terutama bagi pengendara motor (motor yang
lewat hanya motor khusus dan dengan pengendara yang berpengalaman)
Perjalanan masih sangat panjang, siang akan menjadi
malam. Sepertinya magrib telah datang menemui, tak ada suara adzan penanda
magrib karena rumah warga masih sangat jauh belum ada tanda-tanda perkampungan
sementara kita sudah berjalan dalam kegelapan.
Hujan turun lebih deras lagi, mantel hujan sangat
membantu dalam perjalanan ini, saya menikmati hujan dan petualangan ini, hanya
saja dadaku mulai sesak, seperti sudah sangat susah menyambungkan nafas.
Beristrahat sejenak dan dipikiran terus dipenuhi pada bayangan-bayangan
ketakutan, bagaimana jika di jalan gelap gulita ini tetiba ada ular yang
menggigit kakiku ? atau binatang buas yang tetiba datang menerkam atau
bagaimana jika sakit dada ku tetiba datang ?. Ahh ketakutan itu membuatku harus
berdiri dan terus melangkahkan kaki melanjutkan perjalanan, semangat dari teman
perjalanan juga sangat membantu.
Pukul 19.00 WITA, hujan sudah mulai reda, suara gemericik
air sungai sangat menggoda diri untuk menyeburkan diri ke dalamnya.
“eh, semangat sedikit lagi sampai, sudah ada cahaya di
sana” teriak salah seorang kawan yang sejak tadi jauh lebih bersemangat dalam
perjalanan ini.
Saya dengan susah payah harus terus mengumpulkan nafas
untuk melanjutkan perjalanan, ketika melihat cahaya dan kubah masjid
perkampungan sedikit lagi kita akan tiba.
Perjalanan kami hentikan sejenak beristrahat sambil
menunggu kawan yang lain yang masih ketinggalan dalam perjalanan.
Warga yang tadi membawa barang-barang kami datang menemui
dan memberi semangat,
“semangatki, sedikit lagi tiba, rumahnya itu sanae
(sambil menunjuk rumah yang lampunya menyala terang), itu sana rumahnya pak
dusun baru saja tadi saya pasangkan lampu” katanya sambil berlalu
Teriakan semangat dari kawan-kawan akhirnya membuatku
melangkah perlahan, 15 menit kami tiba di rumah pak dusun di sambut senyum dan
kopi hangat yang kami nikmati di teras rumah dengan pakaian yang basah kuyup
karena hujan sepanjang jalan.
Setelah menikmati kopi, mandi di WC warga berganti
pakaian di bawah kolong rumah tanpa
sekap dan penuh was-was dalam kegelapan.
Akhirnya, setelah mandi berganti pakaian bersama
kawan-kawan yang tiba lebih awal meluruskan badan tanpa sengaja tertidur sambil
menunggu kawan lain yang tanpa kabar.
Bagaimana nasib adik-adik kecil yang turut ikut pada
kegiatan ini? Ini yang terus menjadi kekhawatiran bagi kami, meminta warga
untuk menyusul teman kami dan menjemputa anak-anak kecil yang manis itu yang
dalam pikiran kami sudah tak sanggup melanjutkan perjalanan karena hujan, jalan
licin dan penuh kegelapan.
21.30 suara riuh dibawah rumah terdengar, mereka yang
berjalan di belakang akhirnya tiba kami tenang dan penuh syukur semua telah
tiba dengan semangat setelah melewati perjalanan mengerikan.
Malam itu 29 April 2019 di Batu Sura kami menemukan
keluarga baru Masyarakat Dusun Batu Sura.
Selamat Datang di Dusun Batu Sura selamat menikmati nasi
jagung hangat dengan nikmat.
Dusun Batu Sura 29 Aprl 2019
#catatanperjalananperempuan
Belum ada tanggapan untuk "JALAN DAN TEMU (BINTANG GOES TO BATU SURA 2019)"
Posting Komentar