Home · Cerpen · Puisi · Essai

JALAN DAN TEMU (BINTANG GOES TO BATU SURA 2019)


Cerita Pertama
#Catatanperjalananperempuan
#Catatanperempuandipinrang

Pagi yang ceria bersama kawan yang ceria di Rumah Ceria kab. Pinrang. Yah pagi ini saya di sini bersama kawan-kawan yang penuh cinta itu bertemu mereka yang punya banyak cinta di hati dan jiwanya untuk menyelesaikan misi menebar  ceria pada anak-anak di sebuah kampung di atas gunung bernama Dusun Batu Sura di sana kami akan BERBAGI CERIA UNTUK MASA DEPAN GEMILANG.


Dari Rumah Ceria kami bergegas menuju Rumah Kreatif bertemu dan berkumpul penuh cinta dan ceria, berkenalan lalu saling tertawa, lalu kemudian saling mengejek lalu pada akhirnya saling membahagiakan, di Rumah Kreatif ini kami berkumpul lalu saling bahu membahu menyiapkan banyak hal untuk persiapan selama kegiatan beberapa hari di sebuah kampung yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya.


Perlengkapan yang disiapkan diantaranya alat kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan untuk masyarakat Batu Sura, Alat Pertukangan untuk membangun Rumah Ceria dan merenovasi masjid, Donasi kebutuhan masyarakat, alat dan bahan makanan, serta buku bacaan untuk anak-anak di Dusun Batu Sura.


Setelah semua barang telah rapi dan dinaikkan dalam mobil kami bergegas menuju dermaga dan tentunya tak lupa mengabsen siapa saja relawan yang ikut, pengaran dari Panitia pelaksana Kegiatan dan Berdoa semoga kegiatan dan niat baik yang akan kita lakukan diberikan kelancaran dan keberkahan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Bergerak menuju dermaga, kurang lebih 2 jam perjalanan mengendarai mobil kami tiba di sebuah Dermaga dan di sambut dengan pemandangan alam yang sejuk pengunungan yang hijau dan sungai yang panjang.


Deretan perahu dengan nahkoda yang ramah telah menunggu kami, 12 perahu (Semoga tak salah ingatan) bersiap mengantar kami menuju lokasi kegiatan.
Kami akhirnya mulai mengangkat barang satu persatu ke dalam perahu, satu persatu di antara kami mulai naik perahu mengambil posisi tenang, dan akhirnya perahu mulai bergerak, sebenarnya ada ketakutan di awal perahu bergerak karena masih mengatur keseimbangan. Dan ternyata setelah perahu bergerak perjalanan begitu nikmat, tak seperti dalam bayangan yang perahunya akan goyang, ternyata perahu bergerak dengan tenang, saya pun merasa aman.

Perjalanan naik perahu di mulai, menaiki perahu kayu mengarungi Sungai Saddang, Sungai terpanjang di Sulawesi Selatan yang dikelilingi pemandangan alam yang sejuk, melawan arus sungai yang deras dan menyaksikan jembatan gantung yang telah reok tapi masih di gunakan oleh warga untuk akses jalan menuju kampung sebelah.
Kurang lebih 30 menit naik perahu kayu mengarungi sungai saddang, tiba di dermaga silei di sambut senyum manis masyarakat sebagai penyemangat kami yang akan melakukan perjalanan panjang dengan berjalan kaki.


Jalan setapak mendaki gunung, rumah-rumah warga dipinggir jurang yang begitu menakutkan, pohon kopi yang buahnya masih hijau, pohon langsat yang sepanjang perjalanan menggoda iman untuk mengambilnya.

Sangat jauh perjalanan dengan jalan kaki ini, seperti kembali ke masa kuliah ketika ikut mendaki bersama kawan-kawan pecinta alam, mendaki gunung yang telah lama kutinggal dan hari ini aku melakukannya lagi, seperti ingin menyerah di perjalanan karena medan jalan yang sangat mendaki, berat badan yang sudah agak berat berjalan ini mempengaruhiku untuk berhenti di jalan. Tapi engkau tahu? Semangatku bertemu anak-anak manis Batu Sura yang menghilangkan lelah itu, berjalan terus melewati tebing, jurang dan hutan-hutan.


Sesekali motor warga melewati kami membawa barang-barang bawaan kami untuk menghidupi kami beberapa hari di Batu Sura nantinya. Motor warga yang harus penuh perjuangan untuk membuat motornya tetap berdiri tegak dan berjalan untuk melewati jalanan yang sempit dan licin, sekali ban motor slip bisa jadi pengendara dan motornya tiba di bawah jurang. Harus berhati-hati untuk melewati jalur jalanan ini terutama bagi pengendara motor (motor yang lewat hanya motor khusus dan dengan pengendara yang berpengalaman)


Perjalanan masih sangat panjang, siang akan menjadi malam. Sepertinya magrib telah datang menemui, tak ada suara adzan penanda magrib karena rumah warga masih sangat jauh belum ada tanda-tanda perkampungan sementara kita sudah berjalan dalam kegelapan.



Hujan turun lebih deras lagi, mantel hujan sangat membantu dalam perjalanan ini, saya menikmati hujan dan petualangan ini, hanya saja dadaku mulai sesak, seperti sudah sangat susah menyambungkan nafas. Beristrahat sejenak dan dipikiran terus dipenuhi pada bayangan-bayangan ketakutan, bagaimana jika di jalan gelap gulita ini tetiba ada ular yang menggigit kakiku ? atau binatang buas yang tetiba datang menerkam atau bagaimana jika sakit dada ku tetiba datang ?. Ahh ketakutan itu membuatku harus berdiri dan terus melangkahkan kaki melanjutkan perjalanan, semangat dari teman perjalanan juga sangat membantu.
Pukul 19.00 WITA, hujan sudah mulai reda, suara gemericik air sungai sangat menggoda diri untuk menyeburkan diri ke dalamnya.
“eh, semangat sedikit lagi sampai, sudah ada cahaya di sana” teriak salah seorang kawan yang sejak tadi jauh lebih bersemangat dalam perjalanan ini.

Saya dengan susah payah harus terus mengumpulkan nafas untuk melanjutkan perjalanan, ketika melihat cahaya dan kubah masjid perkampungan sedikit lagi kita akan tiba.
Perjalanan kami hentikan sejenak beristrahat sambil menunggu kawan yang lain yang masih ketinggalan dalam perjalanan.
Warga yang tadi membawa barang-barang kami datang menemui dan memberi semangat,
“semangatki, sedikit lagi tiba, rumahnya itu sanae (sambil menunjuk rumah yang lampunya menyala terang), itu sana rumahnya pak dusun baru saja tadi saya pasangkan lampu” katanya sambil berlalu

Teriakan semangat dari kawan-kawan akhirnya membuatku melangkah perlahan, 15 menit kami tiba di rumah pak dusun di sambut senyum dan kopi hangat yang kami nikmati di teras rumah dengan pakaian yang basah kuyup karena hujan sepanjang jalan.
Setelah menikmati kopi, mandi di WC warga berganti pakaian di bawah kolong rumah  tanpa sekap dan penuh was-was dalam kegelapan.


Akhirnya, setelah mandi berganti pakaian bersama kawan-kawan yang tiba lebih awal meluruskan badan tanpa sengaja tertidur sambil menunggu kawan lain yang tanpa kabar.
Bagaimana nasib adik-adik kecil yang turut ikut pada kegiatan ini? Ini yang terus menjadi kekhawatiran bagi kami, meminta warga untuk menyusul teman kami dan menjemputa anak-anak kecil yang manis itu yang dalam pikiran kami sudah tak sanggup melanjutkan perjalanan karena hujan, jalan licin dan penuh kegelapan.
21.30 suara riuh dibawah rumah terdengar, mereka yang berjalan di belakang akhirnya tiba kami tenang dan penuh syukur semua telah tiba dengan semangat setelah melewati perjalanan mengerikan.


Malam itu 29 April 2019 di Batu Sura kami menemukan keluarga baru Masyarakat Dusun Batu Sura.
Selamat Datang di Dusun Batu Sura selamat menikmati nasi jagung hangat dengan nikmat.



Dusun Batu Sura 29 Aprl 2019


 #catatanperjalananperempuan



Artikel keren lainnya:

Belum ada tanggapan untuk "JALAN DAN TEMU (BINTANG GOES TO BATU SURA 2019)"

Posting Komentar

Back to top